Wednesday, January 8, 2020

7:33 AM - , No comments

Penakluk Segara




Terik baskara memantul hamparan biru, mendekap bahtera dalam pelayaran jauhnya dari bijana; melintas dua benua.

Tak tampak sepucuk karang. Hanya buih ombak yang bergumul di buritan.
Tak tampak nyiur melambai, pasir pantai. Hanya kepak layar yang ditampar angin.
Gulita di malam dingin.

Dalam bilangan hari berikutnya; badai mengintai.
Tak lagi hembus angin meniup layar terkembang, tak lagi debur ombak mengantar kapal bergerak, tak lagi mimpi menaklukkan segara terpatri dalam benak.
Hanya doa tertuntun pada lirihnya nyanyian malam, berpilin menembus langit dalam rintih nan fasih.

Tersebab waktu; menanti karam.
Pun tersebab waktu; membasuh harap akan rindu bersauh.

Di laut. Besar peluang dijemput maut.
Niscaya kau merendahkan diri sebagai abdi, dan Tuhan berbaik hati, usah risau akan kabar diri. Takdir hidup sudah dillayarkan sampai ke tepi.

Bandar Lampung, 18 November 2019
Sofia Octaviana
***

Puisi ini terpilih menjadi salah satu kontributor dalam event yang diadakan oleh Tidar Media. Dan dimuat dalam Kumpulan Antologi Puisi Terbaik dengan judul "Gamelan, Gending Masa Lalu"

0 comments:

Post a Comment