7:59 PM -
Buku,Novel,Review
No comments
Review Novel Sunset & Rosie (Tere Liye)
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Mahaka Publishing
Halaman : 426 halaman
---BLURB---
Sebenarnya, apakah itu perasaan?
Keinginan? Rasa memiliki? Rasa sakit, gelisah, sesak, tidak bisa tidur,
kerinduan, kebencian? Bukankah dengan berlalunya waktu semuanya seperti gelas
kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa. Malah lucu serta gemas
saat dikenang.
Sebenarnya, apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan? Atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena hanya kita lakukan untuk sesuatu yang amat spesial di waktu yang juga spesial? Atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali.
Sebenarnya, apakah itu arti 'kesempatan'? Apakah itu makna 'keputusan'?
Bagaimana mungkin kita terkadang menyesal karena sebuah 'keputusan' atas sepucuk 'kesempatan'? Sebenarnya, siapakah yang selalu pantas kita sayangi?
Dalam hidup ini, ada banyak sekali pertanyaan tentang perasaan yang tidak pernah terjawab. Sayangnya, novel ini juga tidak bisa memberikan jawaban pasti atas pertanyaan-pertanyaan itu. Novel ini ditulis untuk menyediakan pengertian yang berbeda, melalui sebuah kisah di pantai yang elok. Semoga setelah membacanya, kita akan memiliki satu ruang kecil yang baru di hati, mari kita sebut dengan kamar 'pemahaman yang baru'.
Sebenarnya, apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan? Atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena hanya kita lakukan untuk sesuatu yang amat spesial di waktu yang juga spesial? Atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali.
Sebenarnya, apakah itu arti 'kesempatan'? Apakah itu makna 'keputusan'?
Bagaimana mungkin kita terkadang menyesal karena sebuah 'keputusan' atas sepucuk 'kesempatan'? Sebenarnya, siapakah yang selalu pantas kita sayangi?
Dalam hidup ini, ada banyak sekali pertanyaan tentang perasaan yang tidak pernah terjawab. Sayangnya, novel ini juga tidak bisa memberikan jawaban pasti atas pertanyaan-pertanyaan itu. Novel ini ditulis untuk menyediakan pengertian yang berbeda, melalui sebuah kisah di pantai yang elok. Semoga setelah membacanya, kita akan memiliki satu ruang kecil yang baru di hati, mari kita sebut dengan kamar 'pemahaman yang baru'.
***
“Aku
harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul.
Ya Tuhan, berat sekali melakukannya. Sungguh berat, karena itu berarti aku
harus menikam hatiku setiap detik.”
Kata-kata di atas mungkin tak asing bagi
penikmat karya Tere Liye. Bagaimana tidak, kalimat itu sering kali diposting
oleh penulis pada official akun Facebooknya
dan bahkan banyak dipost oleh orang-orang di media sosial masing-masing sebagai
quotes kala gundah gulana.
Tapi saya tidak akan membedah isi
kata-kata itu. Saya hanya akan menceritakan novel dimana asal muasal kata-kata
indah itu tercipta. Sunset bersama Rosie yang belakangan ini setelah sekian
kali cetak ulang mengalami perubahan judul menjadi Sunset dan Rosie.
Kisah ini bercerita tentang Tegar, yang
tidak berani mengambil kesempatan untuk menyatakan perasaan kepada sahabat
kecilnya: Rosie. Mereka sudah bersahabat sejak kecil, tetangga terpaut lima
rumah di daerah asal mereka; Gili Trawangan, salah satu anak pulau di gugusan
utara pulau Lombok. Hingga pada suatu ketika—dua puluh tahun setelahnya—saat
mereka sedang menempuh pendidikan di Kota Bandung, Tegar mengenalkan Rosie pada
Nathan. Dan dari sinilah kisah pahit itu dimulai. Kala itu Tegar mengajak Rosie
dan Nathan mendaki Gunung Rinjani dengan maksud menyatakan perasaan pada Rosie.
Namun kenyataan berkata lain tatkala Nathan lebih dulu mengambil kesempatan—dengan
lebih berani menyatakan perasaannya pada Rosie yang baru dikenalnya selama dua
bulan terakhir—mendahului Tegar. Dua puluh tahun milik Tegar setara dengan dua
bulan milik Nathan.
Setelahnya, Tegar memutuskan pergi,
menghilang dari kehidupan Rosie dan Nathan. Pergi bermil-mil jauhnya dari Gili
Trawangan, memutuskan untuk melanjutkan hidup di Jakarta. Menghabiskan lima
tahun dengan malam-malam sesak, helaan napas panjang. Sampai pada suatu waktu
Rosie dan Nathan datang menemui Tegar, membawa serta dua putri kecilnya kala
itu, Anggrek dan Sakura. Dua kuntum bunga yang perlahan menjadi obat bagi Tegar
untuk berdamai dengan masa lalu, melihat sesuatu dengan pemahaman baru.
Bertahun-tahun setelahnya hubungan baik
di antara mereka kembali tercipta. Tegar makin mencintai keluarga itu, terutama
keempat anak Rosie dan Nathan; Anggrek, Sakura, Jasmine dan si kecil Lili.
Kehidupan berjalan sebagaimana mestinya. Hingga takdir berkata lain. Tragedi
Bom Bali menghancurkan seluruh kebahagiaan, merenggut Nathan dari sisi mereka
semua, membuat Rosie depresi berkepanjangan hingga harus di rawat di tempat
pemulihan.
Namun dari sinilah semua kisah itu
bermula. Karena sejatinya novel ini tidak hanya berkisah tentang cinta dan
romansa. Lebih dari itu, novel ini berusaha mengajarkan kita untuk menghadapi
sesuatu dari sudut pandang berbeda. Belajar dari sifat luar biasa Tegar dalam
banyak hal, berjuang mendidik anak-anak, bersabar dan berusaha terlihat luar
biasa di setiap keadaan. Belum lagi belajar dari Anggrek, seiring berjalannya
waktu memperkenalkannya akan bentuk tanggung jawab dan kebijaksanaan, belajar
dari Sakura yang tabah menerima keadaan dan tetap ceria, belajar dari Jasmine
yang memiliki hati tulus sempurna, selalu melihat segala sesuatu dari sudut
pandang baiknya, dan Lili dengan kepolosannya melihat dunia.
Dari novel ini, kita diajarkan untuk melihat
pemahaman baru tentang cinta. Seperti cinta yang diberikan Tegar pada
anak-anak, juga cinta yang berusaha ditumbuhkan Tegar pada Sekar. Namun yang
paling utama dan ditekankan dalam novel ini adalah agar kita berani untuk
membuat kesempatan, tidak hanya menitipkannya pada guratan takdir, mempercayai sepenuhnya
akan janji kehidupan, untuk kemudian menyesal berkepanjangan. Serta satu hal
yang menjadi point utama adalah seperti yang tertera pada kalimat akhir sinopsis
di belakang buku, agar kita memiliki satu ruang kecil di hati yang disebut
kamar ‘pemahaman baru’.
***
Novel ini merupakan buku ke sekian milik
Tere Liye yang selesai saya baca. Agak telat memang, mengingat novel ini sudah
diterbitkan sejak tahun 2011 silam. Namun baru-baru ini saya berkesempatan
untuk memegang bukunya, itupun berbekal dari pinjaman adik saya di perpustakaan
sekolah.
Secara keseluruhan, saya tetap menyukai
karya Tere Liye bagaimana pun bentuknya. Seperti yang ada di kisah ini misalnya,
meski point utamanya berkembang berdasarkan kisah romance, namun masih banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa kita dapatkan
dari halaman demi halaman yang kita baca. Gaya penulisan Tere Liye juga
memiliki keunikan tersendiri yang sejak dulu menjadi ciri khasnya, dan tidak
berubah hingga sekarang. Bahkan, meski banyak kata-kata berulang yang
dituliskan di novel, tidak membuat pembaca bosan untuk menyelesaikannya. Namun ada satu hal yang kurang menurut saya dari novel ini; endingnya terkesan terlalu memaksakan dan jika dibandingkan dengan kehidupan nyata, rasanya seolah tidak real. Yah namanya juga kisah fiksi~
Mungkin itu sedikit yang bisa saya
ceritakan. Selebihnya kalian bisa membaca sendiri dan menangkap pemahaman baru
yang disampaikan penulis melalui kisah apik ini.
Salam cinta.
Teruslah berbahagia!
0 comments:
Post a Comment