9:48 PM -
Journal,Random
No comments
Hujan Bulan Juni (Bukan Puisi Sapardi)
Tak ada yang lebih tabah dari
jalanan kala hujan Bulan Juni
Dirahasiakan tekstur indahnya,
tertutup genangan air dan hancurnya tanah kala itu
Tak ada yang lebih indah dari hujan
Bulan Juni
Dirahasiakan rintik rindunya, pada
mogoknya mobil di jalan itu
Juni
kali ini telah memutus kontraknya dengan panas, kata Pingkan; dalam cuplikan
film Hujan Bulan Juni yang dialih wahana dari novel dan puisi karya Eyang
Sapardi Joko Damono. Sama seperti kala itu, aku bisa memuaskan jumpa dengan
sang hujan. Karena sejak pertengahan hingga akhir bulan Juni, hanya dapat
dihitung kapan matahari itu menampakkan wajahnya.
Namun
cerita kali ini bukan tentang bagaimana indahnya bulan juni kala hujan,
bagaimana sang hujan bulan juni meluapkan rindunya, atau bagaimana cintanya
saya pada hujan, apalagi tentang Pingkan. Bukan. Bukan.
Karena
saya hanya akan sedikit bercerita tentang ini
source: internet |
Apa
yang terlintas di benak kalian saat melihat gambar itu?
Wah
itu di mana?
Itu
jalan?
Emang
ada jalan rusak separah itu?
Wah
mungkin itu editan....
Mungkin
banyak sekali pendapat yang spontan kalian lontarkan saat pertama kali
melihatnya. Wajar memang, tapi disini saya tidak menggiring kalian untuk saling
menyalahkan.
Saya
tidak menyalahkan sang hujan, menyalahkan si jalan, atau bahkan menyalahkan
keadaan. Karena kejadian seperti ini, sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan
masyarakat setempat ataupun orang-orang yang terbiasa melintas. Setiap tahunnya
jika bertepatan dengan musim hujan, penampakan seperti itulah yang akan
terjadi.
Sejauh
yang saya tahu, tempat yang ada di foto itu tepatnya berlokasi di Kecamatan
Gunung Tiga, Kabupaten Tulang Bawang. Jalan itu merupakan jalan perlintasan
yang menghubungkan masyarakat dari luar Tulang Bawang menuju ujung selatan
Tulang Bawang tepatnya di Rawajitu Timur, berbatasan dengan Sumatera Selatan.
Dan
penting untuk kalian tahu, penampakan seperti itu tidak hanya akan ditemui di
satu atau dua titik. Tapi dari sepanjang Kecamatan Rawajitu Timur, hingga
Kecamatan Gunung Tiga yang berdekatan dengan Simpang Penawar dan Penawar Tama,
kalian akan menjumpai hal yang sama.
Kalau
saya bisa menggambarkan betapa menyedihkannya keadaan jalan itu saat hujan; jalan
itu bahkan tidak hanya bisa digunakan sebagai tempat bagi bebek untuk berenang,
tapi bisa menjadi tempat anak kerbau berkubang.
Tentu
saya tidak berlebihan. Karena posisinya saya ada di sana saat jalan begitu
licin-licinnya, saat kubangan begitu besar-besarnya, saat tanah begitu
lengket-lengketnya, dan di beberapa titik akan terjadi kemacetan panjang karena
beberapa kendaraan bermuatan besar harus bersabar untuk bergiliran mencari
celah jalan dari kubangan.
Sudah
sejak dulu, saat saya akan pulang kampung dari Dipasena menuju Kotaagung, kami
akan melewati jalan serupa. Mungkin bedanya saat musim kemarau, jalanan itu tidak
akan melengketkan ban mobil. Namun di bawah teriknya matahari yang begitu
menyengat, debu yang berasal dari tanah merah akan berterbangan di mana-mana. Tak
heran jika selepas melintasi jalanan ini, kendaraan apa pun yang sebelumnya
bersih akan berwarna coklat penuh dengan debu. Dari dulu hingga sekarang, hal
ini selalu menjadi momok bagi petambak Dipasena yang enggan pulang ke kampung
halaman. Atau jika sudah pulang, malas untuk kembali. Karena apa? Karena malas
melewati jalanan rusaknya, malas berlama-lama dan berlelah-lelah di perjalanan
yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu lebih singkat jika keadaan jalan
memadai.
Keadaan
ini cukup untuk membuat kita menghela napas panjang memang. Karena semenjak
saya bisa mengingat, hingga saat ini usia saya sudah menginjak kepala dua, bebatuan
dan tanah di jalanan itu belum pernah merasakan wanginya aroma aspal.
Namun
menurut rumor yang beredar, jalan poros itu akan segera diperbaiki tahun ini.
Semoga benar terealisasi, agar kami—anak-anak Dipasena—tidak kerap mengeluh ketika
pulang ke rumah sendiri.
Semoga
saat Hujan Bulan Juni, air hujan yang jatuh pada aspal jalannya (kelak) bisa
seindah sakura yang berguguran di pagi hari~
Siapapun
presidennya nanti, yang penting....
#2019gantijalan
#2019jalanaspal
Salam
Damai.
Jangan
lupa bahagia!